Akhirnya, Sampai Tahap Seminar Proposal!





Menuju penghujung hari dan rasanya tidak afdol jika tidak kututup dengan menepuk pelan kepalaku sebanyak yang kubisa. I did well today. I did it.

Setelah melalui proses dan drama yang panjang menyusun proposal secara utuh. Membaca ratusan artikel jurnal hingga tanpa sadar membentuk deretan daftar pustaka sebanyak 8 halaman. Aku-akhirnya-menyelesaikan-seminar-proposal-hari-ini. Yeay!

Aku ini tipe mahasiswa yagg merepotkan pembimbing. Wkwk. Pembimbingku sudah minta lembar ACC untuk ditandatangani, tapi aku malah seringnya bertanya lagi. "Ibu, bagian ini apakah sudah tepat menggunakan kalimat ini?". "Ibu, apakah masih ada yang perlu saya perbaiki di bagian ini dan ini?". Iya, manusia perfeksionis memang seruwet (dan semenyebalkan) itu. Dan aku sadar diri. Huhu.  

Semalam sebelum hari-H, rasanya seperti esoknya tidak akan melakukan apa-apa. Feels like: "Hah? Besok beneran seminar proposal niii?". Laptop dan segala macam peralatan penunjang lainnya dipersiapkan sejam sebelum seminar. Proposal pun dibaca ala kadarnya dan ditandai beberapa bagian saja. Sisanya? "Ah, besok improvisasi ajalaaah~", batinku.

Inversinya, justru teman-temanku yang menggantikan deg-degan. Dikirimi doa dan semangat. Beberapanya juga menawarkan untuk menemani mengantarkan bingkisan ke rumah dosen pembimbing dan penguji. Yaa Allah, terima kasih untuk rezeki teman-teman yang baik. Terima kasih untuk teman-teman yang sempat menge-chat untuk memberi semangat, menggantikan Lisyah deg-degan, serta mengirimi doa-doa. Semoga Allah membalas niat dan kebaikannya jauh dari setimpal. Aamiin.

Semalam lagi, sebelum hari-H, santai bgt. Pokoknya seperti tidak akan terjadi apa-apa esok hari. Lalu, sampai pada pembukaan seminar. Aku mulai mempresentasikan laporan proposal penelitian dengan tenang. Dengan maksimal waktu 20 menit dan aku terlewat hingga ke menit 23. Meski begitu, tidak apa-apa. Pembimbingku yang selalu sangat kurepotkan berbaik hati memaafkan tiga menitku yang terlewat. Lalu, tiba saat penguji pertama dipersilakan memberikan saran dan kritik. Penguji pertama membuka penyataannya dengan kalimat terdag-dig-dug hari ini:
"Saat kemarin dikirimkan oleh Lisa proposal ini, saya membacanya sampai akhir. Untuk kali pertama, saya mencermati setiap halaman hingga bagian akhirnya."

DEG!
DEG!
DEG!

Batin aku komat-kamit dong.
"Yaa Allah, pasti banyak salahnya. Mampus! Pasti dikoreksi habis-habisan. Santai bgt sih semalam."

Daaaan, ternyata dapat plot twist. Beliau melanjutkan dengan beberapa detik jeda sebelumnya.
"Ide dalam penelitian ini menarik. Peneliti bisa meramu banyak teori menjadi satu penelitian tesis. Ada potensi, saya lihat."

Fiiiuuuuh, embusan napasku keras, sangat keras, tetapi kabar baiknya mikrofonku disenyapkan. Eurekaaa! Setelah dibuat tegang dapat plot twist positif. Alhamdulillah. Tidak sia-sia beberapa garis halus yang mulai tampak di sekitar mata. Juga mata panda beserta kantong mata yang bertengger. Sekali lagi, selepas menulis satu kalimat sebelumnya, aku mem-pukpuk kepala dan bahuku kembali.

Lalu, apakah itu akhir dari segalanya? Tentu saja tidak. Akhirnya karena dinilai mampu, dosen-dosen pengujiku berharap aku bisa menyelesaikannya dengan lebih luas lagi. Kritis di atas kritis, katanya. Aku tahu, Lisa ini punya potensi, tambah beliau lagi.

Padahal, proposal sebegitu saja kususun hingga berdarah-darah. Hingga mati-matian. Hah? Mati-matian? Maksud aku, sih, tidak lain dan tidak bukan adalah mati-matian melawan mood. Menulis itu sebenarnya tidak dimulai dari niat, tetapi dari mood. Wkwk.

Ringkas cerita, rumah dosen-dosenku saling berjauhan. Ujung pukul ujung, istilah populernya. Jadi, perjalananku mengantar bingkisan kecil tanda terima kasih-yang sama sekali tidak sepadan dengan banyaknya ilmu yang kudapatkan dari beliau-beliau-berakhir pada pukul 20.07 WITA malam ini. Daaaan, thadaaaaa~ ditutup dengan kalimat terakhir dosen pembimbing (yang paling sering lelah sama aku yang banyak bertanya ini), katanya: 

"Lisa, upayakan tesisnya diselesaikan dalam waktu satu bulan."

It's wow, guysssss. Gpp, dicoba saja dulu. Yaa kalau tidak bisa, mengapa harus dipaksakan? Sebab selalunya, sesuatu yang dipaksakan tidak pernah berakhir baik, bukan? Iya, sepengalaman aku begitu. Makanya selama ini tuh pelan-pelan, tetapi tetap dengan upaya maksimal.

Okesip. Aku mau cerita itu saja, sih! Besok pagi-pagi di sekolah ada Sosialisasi Pembangunan Zona Integritas Lingkup Kota Makassar. Jadi, minimal harus tidur pukul 23.00. Punggung(ku sungguh sudah) merindukan kasur.

Terakhir, terima kasih untuk semua ucapan selamat yang baru Lisyah balas satu per satu dengan khidmat sebelum menulis ini. Segala kelancaran hari ini tidak terlepas dari doa Ibu yang sekali lagi diijabah Allah swt. Doa keluarga yang menjadi tempat keluh tanpa batas. Serta teman-teman yang tak luput memberi dukungan dengan tulus. Aku sayang kalian. Sayang bgt. Sebumi-bumi. Selaut-lautan. Sedarat-daratan. 

Posting Komentar

2 Komentar