Dear, Abang


"Tak ada yang ku pilih"
Mungkin dalam persepsinya kalimat itu begitu kejam, menusuk relungnya. Tanpa dia tahu, aku menggigil mengucapkan kalimat itu. Aku bahkan tak tahu seperti apa mengeluarkan kalimat-kalimat penenang lainnya dari bibirku ketika melakukan percakapan bersamanya lewat benda unik bernama Handphone.

Semua berjalan datar, seperti pada umumnya, seperti sewajarnya. Hingga akhirnya ia meminta kejelasan. Semua orang tahu, tak ada yang mampu mengambil keputusan untuk memilih yang terbaik dari yang terbaik.Maafkan atas aku yang tak lagi bisa menjawab panggilan teleponmu, membalas tiap pesan singkatmu. Maaf :(

Sosoknya begitu peduli, perhatiannya begitu penuh, begitu juga (mungkin) dengan cintanya. Tapi hati siapa yang tahu. Meski seperti itu, hatiku mulai meluruh dengan segala bentuk perhatiannya, juga sikapnya yang begitu peduli, baik. Sebenarnya tak ada alasan (mungkin) bagi siapapun untuk menolaknya. Sosok yang pintar, baik, sopan, santun siapa yang tak kagum ? atau bahkan hingga menggilai.

"Jahat!"
Sekali lagi, aku membaca deret huruf itu. Rasanya ingin menangis, ah, tidak. Air mataku mulai meluruh. Apa sekejam itu aku di matanya ? Apa dalam persepsinya aku sepicik itu ? Aku hanya kesulitan memilih. Mungkin sudah sedari dulu harusnya tak ku hiraukan mereka. Iya, aku salah ! Sudah puas ? Aku kejam ! Puaskah ? Masih ingin mengataiku ? Silakan ! Aku bahkan rela, jika itu mampu membuat hatimu menjadi lega dengan itu.

"Aku akan menjauh jika saja kamu tak memilihku"
Hey, tolong. Jangan bertingkah kekanak-kanakan. Mohon. Aku tahu, ini hal sulit. Tapi maaf, aku benar-benar tak harus memilih. Aku bukannya melayangkanmu tinggi-tinggi kemudian menghempaskanmu, bukan. Sama sekali bukan. Aku hanya belu siap kehilangan perhatian-perhatian kecilmu, meski tanpa sadar aku mengabaikannya, dan baru saja menyadari semuanya. Aku mulai mencintai itu. Sadarkah ?


Tapi, semua tak semudah yang kita bayangkan. Aku telah berjanji untuk tak memilih siapapun itu. Meski itu harus menyakiti diriku sendiri. Aku tahu, tak seharusnya siapapun ku beri izin masuk di hidupku, kamu, dia ataupun mereka. Ah, iyaaa. Saya bodoh. Kamu boleh berkata apapun tentangku, hingga hatimu kehilangan sakitnya karena sikapku. Kamu boleh sepuasnya membentakku, mencaciku, atau bahkan memakiku jika itu membuat bebanmu jadi mati. Iya, kamu boleh !! Tapi tolong, jangan benci saya.

Hanya berharap kamu bisa menemukan sosok yang jauh, jaaaaaauuuuuuuhh lebih baik dari aku. Yang mencintaimu utuh, penuh. Semoga. Dan aku akan terus menengadahkan tanganku, merapal namamu untuk bahagia bersama orang yang nantinya akan Tuhan kirimkan untukmu. Maafkan aku. Maaf. Maaf tak bisa seperti yang kamu pinta dan harapkan. Maaf mengecewakanmu selama ini. Maaf mengecewakanmu untuk semua pengorbananmu :( Terima kasih telah menyayangiku.

Posting Komentar

0 Komentar