Selamat Idul Fitri 1441 H

Gambar: Pinterest

Selamat Idul Fitri 1441 H.
Mohon maaf lahir dan batin :))
Aku terlambat mengucapkan ini. Sengaja. Sebab ingin mengucapkan tanpa kungkungan sebuah tradisi.

Aku ingin meminta maaf dengan benar memantapkan hati. Berharap satu-dua maafku bisa sedikit mengurai luka beberapa orang. Atas lisan yang sulit tertahan. Atas jemari yang mengetik luka tanpa kendali. Juga atas laku yang sadar dan tak sadar membawa turut sembilu.

Aku ingin meminta maaf tanpa menyeret kata "jika" pada kalimat "mohon maaf jika ada salah.". Sebab manusia tidak pernah luput dari salah, entah besar-kecil kadarnya.

Bersama dengan surat ini, aku memohon maaf sebesar-besarnya, seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, sekaligus juga ingin menyatakan bahwa aku sudah berhasil berdamai dengan banyak luka yang ditorehkan orang-orang. Entah luka itu pernah ditemui maaf atau belum, aku hanya ingin berusaha paham bahwa tidak semua maaf yang disimpan dalam hati bisa diantarkan dengan baik menuju tempat seharusnya. Semoga demikian juga untuk maafku yang masih malu-malu; juga bisa menuju hati--tempat luka membekas.

Aku tidak ingin memberingas dan memburu maaf. Biar kuantarkan saja maafku tepat di depan pintu kalian. Perihal dipersilakan masuk atau tidak, itu bukan hakku. Aku hanya berkewajiban mengantarkannya dengan tulus. Perihal sembuh dan dimaafkan, waktu yang akan mengurainya. Bukankah waktu diciptakan untuk kegunaannya pada hal demikian?

Sebelum menutup surat ini, aku hanya ingin menyatakan satu-dua kalimat ini. Katanya, saat kita sudah mulai berniat memaafkan, itu artinya kita sudah memulai perjalanan waktu melupakan (dan memaklumi).

Kini, hal utama yang harus kupatenkan untuk diriku sendiri hingga mati, yaitu meyakini bahwa mempertimbangkan untuk memaafkan seseorang berarti sedang menghakimi besar-kecil kesalahannya. Padahal, aku bukan siapa-siapa. Bukan orang sebaik itu untuk berhak menghakimi siapa pun.

Maaf atas segala luka yang sadar tanpa sadar tertorehkan, untuk lisan, ketikan, tindakan yang tak terkendali. Mari saling merangkul menuju ke arah yang lebih baik. Sedikit demi sedikit, namun pasti.

Semoga kita bisa menuju fitrah bersama Allah swt Yang Maha Suci, Yang Maha Pengampun. Juga bersama manusia. Tanpa luka, tanpa dendam, tanpa beban.

Semoga kita juga bisa menyempatkan diri meminta maaf kepada diri sendiri, sebab memberinya banyak beban lahir dan batin. Mari meringankan keduanya dengan menerima, memaafkan, dan memaklumi.

Terima kasih.
Kuharap maafku bisa mengetuk hatimu dengan tulus. Tak apa, mari perlahan saja. Luka yang dipaksakan sembuh hanya akan menganak-pinakkan luka baru.

Posting Komentar

0 Komentar