Membenci Kebencianku

Pict from Pinterest


Aku membencimu. Sebanyak-banyak perlakuanmu. Sebanyak-banyak hatiku terluka, meski pada saat yang sama, aku membenci kebencianku.

Aku benci orang yang membuatku menunggu lama. Iya, kau boleh mengatakan bahwa aku cukup tidak sabaran. Aku benci berharap hadirmu, untuk kemudian dipeluk kecewa atas ketidakhadiranmu.

Aku benci orang yang membuat rasa penasaranku harus memanjat dinding tinggi dan tebal untuk sekadar mengintip kabarmu. Menerka-nerka keadaanmu saat sebenarnya kau bisa menyisihkan beberapa detik waktumu mengabariku.

Aku benci memberanak-pinakkan dugaan buruk yang melambungtinggikan cemburuku hingga menghalangi pandanganku yang seharusnya. Mengira-ngira kaulebih bahagia saat bersama yang lain di tempat yang tiada aku.

Dan aku benci berjalan didayang-dayangi puluhan baris rasa takut kehilangan saat sebenarnya kita bukan siapa-siapa. Membayang-bayangkan "kita" yang pada kenyataannya adalah "sekadar (aku dan kamu)" dan tidak pernah menjadi lebih dari itu.

Dan sungguh, subjek yang paling kubenci sebenarnya bukan kamu. Lebih daripada membencimu, aku membenci kebencianku.

Posting Komentar

0 Komentar