Perihal Doa Sepasang Tulang Rusuk

Aku punya satu nama yang selalu  kuturutsertakan dalam tengadah tanganku kepada Tuhan. Entah sejak kapan, namanya selalu turut andil di dalam harapan-harapan itu.

Aku menyemogakan diriku jadi pemilik patahan tulang rusuknya. Jadi teman hidupnya hingga kulit kami mengeriput-mengerut, hingga tulang kami merapuh dan punggung membungkuk, hingga kami sakit-sakitan, saling merawat, saling merengkuh, dan saling menguatkan. Hingga kami saling bergenggaman erat saat hembusan napas terakhir.

Aku merapalkan namanya lamat-lamat. Berharap kami adalah sepasang jodoh terbaik, dari sekian banyaknya pilihan untuknya dan untukku. Berharap sepasang aku dan dia adalah penjumlahan yang menghasilkan seratus juta kebahagiaan. Dengan khusyuk. Aku mengusahakannya pada Tuhan Yang Maha Pemilik Segala Isi Bumi dan Langit.

Namun, jika bahkan Tuhan berkehendak lain, aku bisa merelakannya. Demi apapun, aku akan bisa. Tuhan adalah Sebaik-Baik Perancang. Aku takkan mengatakan bahwa ia tak pantas untukku hanya karena perjuangan doa-doaku yang teramat panjang perjalanannya. Sebab barangkali, akulah yang bukan menjadi pilihan terbaik Tuhan untuknya.

Jika pun memang tidak, ada doaku yang lain yang diijabah. Bagian partikel doaku yang tak luput dipertimbangkan keadilan-Nya, yaitu kebahagiaanku dan kebahagiaannya. Barangkali memang satu aku ditambah satu dia hasilnya tidak sama-dengan kebahagiaan.

Sebab aku selalu percaya, Tuhan adalah Sebaik-Baiknya Pemilik Kebijaksanaan.

Posting Komentar

0 Komentar