Lebaran: Tanya, Doa, Kenangan

Masih sedang berlangsung kebahagiaan hari kemenangan; Hari Raya Idul Fitri 1440H. Selalu menjadi ajang berkumpulnya keluarga besar---bahkan untuk yang baru kita temui meski terikat tali persaudaraan.

Kadang rasanya memang aneh. Melihat wajah baru membuat kita mencipta percakapan dengan diri sendiri, "Dia siapa, ya? Duh, kalau disapa panggilnya bagaimana? Takut salah.". Dalam kasus yang sama untuk tujuan yang berbeda, malah lebih ingin diam. Maunya disapa lebih dulu, oleh keluarga yang kelihatannya sepantaran, tetapi punya penampilan menarik dan rupawan---meski cukup asing. Ganjen, ya!

Tangan-tangan yang berjabat memohon dan menerima maaf. Senyum-senyum ikhlas juga beberapanya gegas karena canggung. Tatapan-tatapan mata kagum dan menyelidik ingin tahu. Semua berbaur.

Bagian paling buruk adalah pertanyaan yang mengandung awalan kalimat tanya "kapan".
Kapan lulus?
Kapan nikah?
Kapan punya anak?
Kapan punya anak kedua, dst?
Kapan dapat kerja?
Dan segala macam pertanyaan yang mengandung unsur "kapan" lainnya yang bahkan lebih sering hanya dibalas senyum dengan mata menyipit.

Ditanya-tanya banyak sebenarnya baik. Mereka ingin tahu lebih banyak tentang kita atau sekadar berbasa-basi. Toh, pertanyaan-pertanyaan itu memang pertanyaan umum yang sebenarnya bisa dipersiapkan jawabannya.

Aku paling suka bagian didoakan. Biasanya setelah ditanya ini-itu, langsung didoakan.
"Semoga lekas lulus deh"
"Semoga lulus dengan kebanggaan."
"Semoga lekas bertemu tulang rusuknya."
Dan semoga-semoga yang lain, yang tak henti diekori "Aamiin YaaRabb".

Aku juga paling suka bagian dikenang. Rasanya dalam kepala, seperti menonton diriku yang asing. Mereka banyak menyimpan ingatan tentangku dalam kepala mereka. Meski beberapanya, aku sendiri bahkan tidak ingat. Ingatan masa kecilku yang katanya menggemaskan, orang-orang yang sering menjaga aku yang kecil, serta beberapa hal memalukan yang kulakukan di masa itu. Lalu semua tertawa, aku juga, dengan rasa malu yang disembunyikan kuat-kuat.

Bagian paling terakhir dari bercakap panjang biasanya malah dijodoh-jodohkan sama anak om-tante, sama keponakannya. Paling awkward kalau tiba-tiba orangnya juga ada dalam perkumpulan itu.

Sekali setahun, berkumpul dengan keluarga besar itu menyenangkan. Lebaran adalah ajang yang menciptakannya. Menguapkan segala khilaf persaudaraan melalui jabatan tangan, pelukan, senyuman, dan tatapan mata yang hangat.

Posting Komentar

0 Komentar