Beku atau Bergerak Kaku

Kita hanya punya dua pilihan:
Beku
Atau
Bergerak kaku.

Keduanya bukan pilihan baik. Ya, keduanya bukan. Kita hanya perlu memilih satu pilihan dengan risiko patah hati terendah untuk bermain aman. Atau justru memilih pilihan sulit namun berakhir baik meski berisiko patah hati terburuk. Pilih mana?

B-e-k-u.
Kita hanya perlu diam saja. Kau diam. Aku diam. Tak perlu ada yang mengungkapkan isi hati masing-masing. Kita hanya perlu menyimpan rapat-rapat semua rahasia terdalam kita. Rahasiaku tentangmu. Rahasiamu tentangku. Rahasia perasaan kita.

Namun, seperti biasa. Kita hanya akan terus terjebak dalam kebekuan kita. Terperangkap dengan bibir terkatup membiru yang menyesal telah membisu.

Dan lagi, seperti biasa. Kita akan terpatung kegigilan. Sebab kolam tempat kita berpijak sudah dipenuhi oleh dinginnya sejuta pertanyaan, yang sempat hangat lalu mendingin sebab tidak segera dilontarkan.

Kita tidak bisa kemana-mana. Kediaman membekukan kita. Tetapi kita tidak akan merasa begitu buruk, tidak akan merasa sebegitu patah, sebab kita sering dan selalu melakukannya.

B-e-r-g-e-r-a-k--K-a-k-u.
Agak sulit. Kita harus mulai membuang kebiasaan kita. Sedikit demi sedikit. Pilihan ini cukup mampu menggerakkan kita, meski kaku. Bukankah setidaknya kita bergerak? Kita bergerak maju.

Kita bisa mencoba banyak hal baru. Aku akan menceritakan senang dan pedihku yang sebabnya kamu. Kau juga harus melakukan hal yang sama. Kita bisa bergenggaman dan merangkul satu sama lain kebahagiaan dan kesedihan kita---meski itu tidak mudah.

Tak apa-apa, kita baru memulai. Kita saling belajar. Kita bisa mulai memahami sisi baik dan buruk kita masing-masing dalam prosesnya. Meski pergerakan kita terbilang lambat, prosesnya akan membuat kita menjadi pemenang bila mampu bertahan.

Kita akan bergantian saling menyakiti di pertengahan jalan. Lalu berusaha mencari obat dalam prosesnya. Tidak apa-apa menenggak pil pahit, selama kita saling meyakini bahwa kita akan menemukan segelas-dua gelas penawar yang terasa manis---(hanya) jika kita bersabar lebih banyak lagi.

Jika sepakat memilih beku, kita perlu mengucapkan selamat tinggal untuk berhenti menjadi kita yang tak berubah saling menyakiti dengan sengaja. Mengucapkan selamat tinggal untuk menyelamatkan diri dari luka yang sama terus-menerus tanpa pernah diobati.

Jika sepakat memilih bergerak kaku, kita perlu bersiap. Ada banyak tantangan. Kita perlu kuat yang amat. Pergerakan kita selangkah demi selangkah takkan pernah mudah. Tetapi kujanjikan, aku takkan menjadi yang pertama menyerah.

Posting Komentar

0 Komentar