Selamat Datang 2019

Selamat tahun baru!
Ini adalah postingan pertamaku di 2019. Lama enggak bener-bener menulis, bikin kaku. Mau nulis apa? Ada ide apa? Gimana memulai untuk nulis lagi? Feel menulisku yang amatiran itu masih ada enggak, ya?

Sejumlah kekhawatiran banyak merudung. Kebetulan lagi senggang banget. Lalu, tiba-tiba ingat beberapa patah kalimat yang pernah aku ucapin ke teman aku.

"Kekhawatiran itu hanya rasa yang menakuti untuk mencegah kita memulai. Padahal saat memulai, sebenarnya kita justru bisa melakukannya dengan baik."

Enggak mau jadi orang yang cuma ngomong bijak kepada teman lalu lupa memperbaiki diri. Maka, aku sampai di sini. Menulis dengan sedikit kaku setelah lama beku.

Baiklah. Tahun baru tiba beberapa hari lalu. Resolusi-resolusi bertebaran di seluruh beranda media sosial. Sementara aku, baru memikirkan resolusi 2019ku pada hari ketiga tahun baru. Tak apa, beruntung masih ada 361 hari tersisa untuk memenuhi resolusi baru sebelum menjemput 2020.

2019. What's my wishes and resolutions? Ada banyak.
- Menjadi orang sehat. Enggak dikit-dikit sakit, dikit-dikit demam. Harus menyisihkan beberapa uang saku untuk membeli berbagai vitamin. Gara-gara dikit-dikit sakit, niat buat memperbaiki gizi selama liburan di rumah malah enggak ngefek. Aku masih gini-gini aja. Huhu~

- Menjadi lebih mantap dalam ilmu agama. Aku sudah bertekad memperdalam ilmu agama. Membaca dan menelaah makna Al-Quran dan Al-Hadits. Setidaknya, 3-5 surah dalam sebulan. Ini udah mulai sih! Surah pertama yang kutelaah adalah Al-Lahab.

Luar biasa banget! Kisah Abu Lahab (beserta istri hingga menyeret putra-putranya) yang dilaknat oleh Allah Swt karena menghalang-halangi Nabi Muhammad SAW selaku keponakannya sendiri dalam menyebarkan syariat islam. Padahal keponakannya sendiri iniiii. Resolusiku yang ini wajib goals banget. Perihal ini, aku enggak mau cuma baca, tetapi harus dipahami sampai akar-akarnya. Yaa, kalau bisa juga sih, perbanyak hafalan. Semoga bisa diistiqamahkan. Aamiin Yaa Allah.

- Menulis setidaknya 10-15 postingan per bulan. Terlalu lama enggak nulis bikin kaku. Jadi harus kembali dibiasakan. Udah amatiran, malas nulis lagi. Gimana bisa mahir, sih! Kembalinya blog mini semacam Tumblr sepertinya mulai kembali mendorongku untuk menulis lebih banyak lagi. Anyway, nama akunku adalah "ph-etrichor". Barangkali aja, warga Tumblr ada yang minat baca. Huhu~ ngarep level banget, kan?

- Bisa lanjut S2 tahun ini. Aamiin Yaa Allah. Pendaftarannya bentar lagi nih. Bakalan sedikit sibuk lagi mengurus ini-itu. Buru-buru banget sih lanjut S2-nya? Yaagimana enggak. Aku orangnya sadar diri. Aku kadang telmi (baca: telat mikir) sekaligus pelupa akut. Semakin menunda semakin menua, semakin telmi dan pelupa. Makanya, sebelum intensitas "semakin" itu meningkat, aku harus melakukannya sekarang. InsyaAllah.

- Kurang-kurangin mager. This is dabesss resolution i've ever. Wqwq~. Sepertinya karena mulai memasuki musim hujan dan situasi libur setelah wisuda November lalu bikin magerku jadi menggila. Banyak sekali rencana-rencana liburan yang sudah kususun dengan apik di kepala sebelum mulai libur yang tidak terealisasikan.

- Seleksi tontonan drama Korea. Wagilasih! Aku mana tahan godaan Oppa-oppa cakep dan alur drama yang daebak. Ngeliat cuplikan-cuplikan drama-drama baru yang super ketjeh dengan genre mistery, thriller, romantic comedy, fantasi, hingga medical bikin ngiler pengen nonton semua-muanyaaaa. Kalau yang ini di-skip aja dulu. Takut enggak bisa dipenuhi. Huhuu~

- Terakhir. How about love? Udah lama enggak mikirin cinta-cintaan, meski masih sering nge-quote love-lovean. Tidak harus mengalami untuk menuliskan, bukan? Menuju usia 23 tahun menyadarkan untuk bersama seseorang tidak hanya soal aku cinta ia saja. Ia juga harus cinta aku. Sebenarnya, pemikiran ini muncul setelah aku menamatkan drama "Matrimonial Chaos".

Drama berkisah pasangan suami-istri yang akhirnya bercerai karena keduanya lebih sering memendam perasaan cinta, marah, kesal, kecewa, dan lain-lain, daripada saling bercerita. Sang suami lebih peduli dirinya, ia enggak peduli dengan segala hal yang menyangkut istrinya (juga orang lain). Hingga ia kesulitan untuk memahami orang lain selain dirinya sendiri. Bahkan saat masa-masa sulit dan senang yang dilalui istrinya, ia tak hadir di sisinya. Padahal, saat sedang bahagia ataupun senang, kita secara naluriah sangat mengharapkan seseorang yang kita percaya berada di sisi kita. Sang istri menunggu hingga suaminya bisa sedikit lebih terbuka dan memahaminya, tetapi itu tidak terjadi. Meskipun hanya drama, tetapi tingkat realitasnya menyata. Relate banget sama kehidupan nyata.

Inilah yang buat aku sadar akhir-akhir ini. Kita perlu bersama seseorang yang dengannya kita saling peduli. Saling bercerita. Saling mengekspresikan keadaan hati. Saling merangkul saat bahagia, juga saat sedih. Aku mengenal lelaki yang karakternya (entah mengapa) relate banget sama tokoh suami di drama itu. Aku enggak nyalahin sikap dia yang hampir sama dengan tokoh itu. Jika aku selalu menjadi yang lebih dulu menghambur ke arahnya, perasaanku malah akan menjadi semakin bebal.

Mengenalnya hampir sedekade, menyadarkanku. Ah, kami berdua udah terlalu lama berjalan di tempat. Enggak bergerak maju, enggak bergerak mundur. Aku sudah beberapa kali mencoba mengajaknya melangkah ke depan, tetapi ia selalu menahanku. Selalu saja berakhir dengan kembali berjalan di tempat. Dan iya, kini aku menyerah. Sepertinya tanah tempatku menghentakkan kaki mulai membuat lubang yang menarikku untuk menghilang dari sisinya. Bahkan tanah tempat berpijak pun tahu, adalah kesia-siaan telah menghabiskan hampir separuh usiaku di sisi seseorang yang enggan memberi kesempatan melangkah maju bersama.

Lah, giliran cinta-cintaan malah curhat ih. Pokoknya menuju usia 23 tahun, aku sudah enggan mengandalkan cinta yang bertepuk sebelah tangan doang. Cinta usia 23 tahun bukan waktunya main-main lagi. Targetku sih usia 25 tahun nikah. InsyaAllah. Kuharap lelaki yang mendengar hembusan napas terakhirku atau lelaki yang kudengar hembusan napas terakhirnya adalah lelaki baik yang masih akan mendengar keluhku yang banyak, yang menggali segala isi hidupku dengan banyak kalimat tanya, yang bersedia berada di sisiku dalam senang-sedih. Aku ini orangnya kepo banget, peduli banget, merasa perlu banget untuk terus mendampingi segala suka-duka orang yang kucintai; tapi hanya pada orang-orang yang berlaku sama.

Well, yaaa. Tulisan ini sudah panjang banget. Bakalan nambah ngebosenin kalau lebih panjang. Semoga resolusi-resolusi 2019mu bisa tercapai dengan baik. Mari menghabiskan 363 hari dengan kebanggaan di hari ke-364 setelah berhasil melakukan banyak pencapaian luar biasa.

Selamat datang, 2019.
2018 berakhir, 2019 datang.
Sebuah akhir untuk awal yang baru.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Halo petrichor :)
    Eh, petrichor itu klo ngga salah bau khas saat hujan ya? Knapa mengambil nama itu?

    Bdw, resolusinya cukup simpel ya. Smoga bisa lanjut dan lulus S2 dan ya, smoga segera menemukan tambatan hati :)

    BalasHapus
  2. I'm sorry too late for reply this. Aroma petrichor menyenangkan, selain itu aku juga punya kenangan manis di dalamnya.

    Doa pertama, terima kasih banyak. Doa kedua, entah mengapa aku baru sadar kalau tulisan ini menyiratkan kalau aku kosong banget 😁

    BalasHapus