Yang Tak Berhak Menyalahkan

Aku ingin menyalahkan banyak hal atas tidak berhasilnya aku memperbaiki kita. Aku ingin menyalahkan, sehingga aku tak lagi menanggung rasa bersalahku.

Aku ingin menyalahkan waktu. Ia tidak pernah menyatukan kita pada waktu yang tepat. Selalu saja, ketika kau mencintaiku dengan terlalu dan aku tidak sebab merasa masih tak percaya kamu. Atau, aku mencintaimu dengan terlalu dan kau tidak sebab sudah tak percaya aku.

Aku ingin menyalahkan orang lain atas ketidakbersamanya kita. Seseorang yang selalu ada di dekatmu saat aku ada. Juga seseorang yang selalu tiba-tiba datang padaku, saat kau mulai membuka kembali hatimu.

Aku ingin menyalahkan masa lalumu juga masa laluku. Mereka adalah sepasang yang membuat kita pernah mencemburu hingga sebegitunya. Aku cemburu jika tahu bahwa dengannya kau masih sedekat itu. Dan kau mencemburu saat aku tiba-tiba tanpa sadar menyebut sesuatu tentangnya.

Aku ingin menyalahkan pikiran bodohku yang kadang sengaja membalas pesanmu cukup lama. Pikiranku sedang berniat jahat membuatmu menungguku. Padahal bisa saja kau tidak menunggu. Lalu, kita menjadi semakin jauh saja, sebab kau yang turut membalas pesanku lama.

Aku juga ingin menyalahkan kau yang tak pernah berusaha meniupkan nyawa pada arwah kepekaanmu. Aku ingin menyalahkan kau atas ketidakpahamanmu memahami segala kode yang sengaja kuberikan. Aku ingin menyalahkanmu atas kau yang sengaja tidak menanggapiku dengan kepekaanmu.

Aku ingin menyalahkan segala hal yang tidak mendukung kita. Kupikir, itu cara paling pandai kulakukan. Padahal, akulah yang paling bebal. Aku menyalahkan orang lain atas segala kebodohan yang kuperbuat.

Aku tak berhak menyalahkan waktu. Aku harusnya paham bahwa kita memang sepasang manusia yang bertemu tidak pada waktu yang tepat.

Aku tak berhak menyalahkan orang lain maupun masa lalu atas ketidakbersamanya kita. Aku harusnya mampu menyadari bahwa aku ditakdirkan memang bukan untuk bersamamu.

Aku tak berhak menyalahkan pikiranku atas kesengajaanku membiarkan pesanmu terbalaskan cukup lama. Aku harusnya tahu bahwa aku melakukan hal sia-sia. Sebab sekalipun aku membalasnya cukup lama, kau tak menunggunya.

Aku bahkan tak berhak menyalahkan kepekaan yang sengaja kau buang. Aku harusnya menyadari lebih awal bahwa kau memang tak ingin menanggapi segala maksud dari kode yang kulemparkan.

Harusnya aku tak menyalahkan siapa-siapa. Harusnya akulah yang patut dipersalahkan. Akulah yang harus paham banyak pertanda yang menginginkan agar aku tak menginginkan kita lagi.

Posting Komentar

0 Komentar