Pertanyaan Paling Laris di Hari Raya Idul Fitri.

Hello!
Selamat malam!
Bagaimana malammu? Menyenangkankah? Sedihkah? Atau biasa aja?

Memasuki bulan Syawal, berarti waktu yang paling rame buat reunian. Hari Raya Idul Fitri selalu jadi ajang paling rame buat sungkeman dan reunian bareng keluarga dan teman-teman.

Bagaimana hari rayamu? Akuuuu? Hari rayaku dipenuhi dengan sodoran pertanyaan-pernyataan yang bikin pengen berteman sama Doraemon. Buat nebeng "pintu kemana saja" miliknya. Pertanyaan macam apa?

"Lisyah kapan wisuda?"
"Lisyah pacarnya siapa?"
Dan yang lebih bikin menciut lagi adalah pertanyaan:
"Lisyah kapan nikah?"

Pertanyaan "kapan wisuda?" ini bikin gemes. Skripsi gue lho, enggak kelar-kelar. Bagian yang menyita 70/100 waktu menyelesaikannya adalah mengumpulkan niat dan mood. Mengumpulkan niat dan membangun mood itu luar biasa sulit. Kalau inget skripsi, bawaannya ngantuk lalu malah berakhir tertidur. Saat bangun menuju proses mengumpulkan niat, malah tertidur lagi. Berjanji akan mengerjakan setelah bangun lalu akhirnya mood-nya keburu hilang.  Begitu terus, sampai Nobita dan Sizuka akhirnya menikah dan punya anak kembar.

Ada lagi yang bikin pengen menciut dan sembunyi dalam kaleng biskuit Khong Guan lalu bergabung bersama regginang-rengginang, yaitu sepaket pertanyaan "punya pacar?" dan "kapan nikah?" Demi apapun, Lisyah rasanya pengen langsung duduk di atas karpet yang mereka gelar di ruang tamu rumah mereka lalu terbang bersama Aladin.

Bersyukur sepaket pertanyaan itu bukan keluarga yang nyodorin. Keluarga Lisyah beberapanya cakep. Dominan berkulit terang. Padahal, akhir-akhir ini Lisyah malah sulit menolak pesona cowok manis yang beralis terang. Uhukk. Lagipula, Lisyah sih maunya yang jaraknya sedikit lebih jauh. Beda kampung halaman bolehlah. Biar setiap kali hari raya bisa pamer kalau lagi mudik. Dapat keluarga baru yang belum pernah ditemui sebelumnya. Hihi. Request-nya juga sih mau yang sekitaran rumah di kampung halamannya ada pantai. Ini Lisyah nulis  atau cari jodoh, sih?

Tapi tahu enggak, sih? Kalau sepaket pertanyaan itu, jika diajukan oleh teman-teman saat reuni malah beda perkara meski sama-sama menyebalkan--- ah, tidak. Tepatnya lebih menyebalkan. Sepaket pertanyaan itu mereka ejawantahkan dalam satu kalimat interogatif yang ringkas, padat, dan jelas-jelas nusuk.

"Lisyah kamu jomlo?"

Deg! Lalu satu kalimat interogatif itu beranak-pinak menjadi pertanyaan-pertanyaan lain, seperti:
"Kamu jomlo sejak kapan?"
"Kenapa jomlo?"
"Pacar terakhir kamu siapa?"
"Enggak bisa move on dari dia?"
"Kamu emang putusnya gimana?"
"Kenapa enggak pacaran lagi aja?"

Telinga Lisyah rasanya panas mendengar pertanyaan macam itu. Beruntung, Lisyah ini orangnya baik. Kalau enggak, mungkin sudah Lisyah kutuk jadi batu karena menjadi teman-teman durhaka.

Baiklah, demi memuaskan rasa penasaran kalian yang enggak ada pada saat Lisyah menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Lisyah akan jawab sekarang.
Iya, Lisyah jomlo. Perhatian! Seluruh dunia, Lisyah lagi jomlo!
Lisyah jomlo sejak bertahun-tahun yang lalu. Lisyah adalah jomlo yang berkorosi. Senang, kan? Hmm.
Pacar terakhir aku, yaaa 'itu', tapi kenapa orang-orang malah mengira pacar terakhir Lisyah malah 'dia'?
Aku udah move on dong dari si itu (mantan kali terakhir), tapi yang bikin teman-teman Lisyah bingung adalah Lisyah malah susah move on dari si dia. Aneh.
Gimana putusnya, sebenarnya Lisyah mau cerita. Tapi kepingan-kepingan ingatan Lisyah mulai hilang satu per satu. Jadi, mau diceritain pun malah bakal jadi susunan puzzle yang bolong-bolong.

Jawaban dari pertanyaan terakhir adalah hasil dari pertimbangan hidup yang matang. Lisyah belum mau pacaran dulu. Alasannya apa?

Kuliah tahun akhir punya banyak kesibukan. Kerja skripsi, ujian ini-itu, ngurus berkas ini-itu. Lisyah lebih memilih untuk repot sendirian dulu. Ah, tidak sendirian, tapi bareng teman-teman kampus.

Kuliah tahun akhir yang sibuk menjadikan waktu Lisyah tersita banyak untuk urusan kampus aja. Kalau punya pacar, Lisyah mungkin akan lebih sering bersikap abai. Ngingetin makan? Ngingetin cepet tidur? Ngebangunin? Jangan harap. Lisyah aja sering lupa kalau belum makan nasi selama tiga hari berturut-turut. Sering enggak sadar kalau di masjid tiba-tiba aja udah azan subuh. Lalu paginya harus ke kampus lagi buat bimbingan dengan kantung mata yang menggelantung dan mata panda yang melingkar sempurna. Sering tidur sore gara-gara jam tidurnya kebalik, jadi jangan harap punya waktu ngebangunin.

Sebenarnya punya pacar itu menyenangkan. Punya teman makan bareng di luar. Bagian dari makan bareng ini juga jadi salah satu perspektif pemikiran Lisyah. Makan bareng di luar artinya ditraktirin pacar. Mau bilang "enggak usah, biar aku yang bayar makanan aku aja", tapi enggak enak. Nanti dikiranya enggak menghargai. Makin sering makan bareng, artinya rasa enggak enaknya juga makin ditimbun banyak.

Dan terakhir, Lisyah lebih memilih jomlo karena jomlo tidak menuntut untuk menjaga perasaan pasangan.
Bicara, foto bareng, atau nge-chat bareng orang lain enggak perlu merasa bersalah, karena enggak ada yang mesti dijaga perasaannya.

Pertanyaan "Lisyah kapan wisuda?" Doain semoga tahun depan sudah enggak dengar lagi, karena diganti dengan "S2-nya lanjut?". Aamiin Yaa Allah.
Dan pertanyaan "Lisyah masih jomlo?" atau "Lisyah kapan nikah?" Doain juga enggak akan denger dalam satu, dua atau tiga tahun kedepan karena udah mudik ke rumah mertua. Hehe.

Well, terima kasih karena sudah membaca postingan Lisyah kali ini. Yang tiap tahun selalu aja bahas kisah jomlonya Lisyah. Terima kasih karena rela menghabiskan beberapa menit kamu yang berharga hanya untuk membaca tulisan receh ini.

Posting Komentar

0 Komentar