Episode 2: Kisah Teman Posko || A. Andri Fahreza

Kalau teman poskonya Lisyah yang satu ini adalah sepaketannya Mail, A. Andri Fahreza. Disapa Andri. Penikmat kopi paling candu. Haha. Bangun-bangun nyarinya kopi. Kalau enggak nemu, dia bikin sendiri. Saking cintanya sama kopi.

Andri mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan ini, selain cinta sama kopi dia juga cinta banget sama pacarnya. Selain bangun nyarinya kopi, dia juga nyari ponsel cerdasnya. Untuk menghubungi pacarnya, dia enggak boleh kehabisan cas ponselnya, enggak boleh lepas dari ponselnya. Pernah kadang setan di telinga kiri Lisyah membujuk untuk menyembunyikan ponsel cerdasnya, tetapi malaikat di telinga kanan Lisyah lebih kuat membisik. Katanya, kalau disembunyiin, nanti enggak dikasi senyuman mautnya yang manis lagi. Huhuuu.


Nama dia dalam kontaknya Lisyah adalah “Yang Kurindukan di Kampung”. Haha, tolong jangan salah paham dulu! Jadi, ceritanya waku itu Andri sedang pulang ke kampung halamannya. Curiganya, dia mau lepas rindu sama pacarnya yang notabene tinggal sekampung sama dia. Kebetulan di posko juga sedang free program kerja. Andri pulang beberapa hari, dan penyakit usilnya Lisyah kumat. Lisyah janjian sama satu temen posko Lisyah bernama Risma, buat ngirimin Andri kalimat yang sama ke grup posko kami. Disama-samain. Pokoknya kalimatnya sama, huruf-hurufnya sama, tanda bacanya pun demikian. Jadi, kalimatnya seperti ini: “Andriiiii, rindu senyum mautmu”. Sepulang posko, Andri datang dengan senyum khasnya dengan mata ditutup dan bibirnya yang melengkung senyum sempurna. Tepat setelah senyum, dia langsung ketawa dan ngomong gini: “Lisyah, omonganmu hampir buat pacar aku ngambek”. Haha. Maka untuk mengenang hari itu, Lisyah mengganti nama kontak dia di ponsel Lisyah dengan nama “Yang Kurindukan di Kampung”.

Teman posko Lisyah yang asal Bone ini paling bahagia kalau ketemu makanan dan Lisyah paling suka kalau liat dia makan. Lahap. Tiba-tiba Lisyah ingat, tiap kali makan dengan semua teman posko, dia selalu bilang gini, “Lisyah makan yang banyak, biar besar dikit!”.

Selain perhatian, dia juga punya sisi manis yang lain. Andri punya jiwa pelindung. Pernah, waktu itu sehari menjelang acara perpisahan alias ramah tamah posko kami. Di posko, kami  semua mau enggak mau harus tembus pagi buat nyiapin powerpoint untuk presentasi hasil program kerja, dan buat video dokumentasi untuk ditampilkan dalam acar itu. Sebenarnya, cowok-cowok bantu bicara saja, biar cewek-cewek yang ngerjain enggak berasa ngantuk. Takut mengganggu ketentraman dan kesejahteraan istirahat malam orang rumah, maka kami mengerjakannya di teras rumah.

Di teras, kebetulan  ada celah yang bisa buat nengok ke kolong rumah. Lisyah yang duduk menghadap ke celah rumah itu sambil mengerjakan video dokumentasi merasa ada lintasan bayangan hitam di bawah kolong rumah, lalu Lisyah perhatikan lagi, lintasan bayangannya makin cepat dan bolak-balik. Lisyah langsung mutar badan memunggungi celah itu tanpa ngomong apa-apa. Semenit kemudian Nita, teman posko Lisyah yang duduk tepat di samping Lisyah langsung meluk dan nangis. Lisyah juga sontak balas meluk. Lisyah sudah bisa menebak apa yang terjadi. Semua orang kaget. Kami menceritakan apa yang kami lihat. Untuk beberapa saat, suasana menegang. 

Enggak berselang lama, Andri merasa ngantuk. Dia izin masuk kamar untuk mengambil bantal. Lalu, dia tidur di teras sambil menemani kami. Padahal kalau dia enggak care, dia bisa saja langsung tidur di kamar dan mengabaikan ketakutan kami. Bukan di teras yang dingin dan banyak nyamuk. Bukan di teras yang kami, para cewek, banyak ngomongnya yang bisa mengganggu kesejahteraan tidurnya. Andri tertidur (sambil menjaga kami). Enggak lama, Mail pulang abis nemenin Fedri jemput temannya yang motornya mogok waktu itu untuk menginap di posko. Mail yang datang dan liat Andri tertidur, langsung masuk rumah mengambil sarung. Sarungin Andri. Iya, mereka itu... manis.  

Sebelum Lisyah menutup tulisan ini, Lisyah mau bilang banyak-banyak makasih buat Andri. Thanks buat Andri yang pedulinya besar buat seisi posko. Thanks  juga karena bawa oleh-oleh coklat dari tanah sucinya ke posko. Padahal bisa buat pacarnya doang. Hehe. Dan lagi-lagi, thanks karena menetap di posko Maero. 

Posting Komentar

0 Komentar