Sehari Bersamamu

Aku punya sebuah khayalan gila, tentang kamu dan aku. Pertanyaan yang mungkin saja juga ada dalam pikiranmu.

"Bagaimana rasanya menghabiskan waktu sehari bersamamu?"

Aku tahu, itu mungkin adalah pertanyaan gila. Sejak kapan aku menjadi segila ini? Mungkin sejak kedekatan kita, atau mungkin saja sejak kamu sudah menjadi objek yang setiap hari ditangkap oleh retina mataku.

Aku membayangkan hal itu beberapa kali. Mengatakan itu, lagi-lagi aku menyebut diriku sendiri sebagai perempuan gila. Aku bahkan membayangkannya hingga menenggelamkan wajahku dalam-dalam pada bantal sebab tanpa sadar mendapati diri tersenyum kecil. Sementara kita bahkan tidak pernah saling menyapa, hanya mata kita yang selalu saling bertemu.

Apakah kau juga bahkan membayangkan hal segila aku? Tentang bagaimana rasanya bertemu pada pagi hari dan menjadi pengunjung pertama pada sebuah perpustakaan besar. Kita akan membaca buku di sana, lalu saling berbagi cerita juga pengetahuan tentang buku yang baru saja kita baca. Kita akan berdebat kecil, tentang buku siapa yang lebih bagus; buku yang aku baca atau buku yang kamu baca. Lalu, sesekali seorang pustakawan dengan tatapan mata tajamnya yang seakan ingin menembakkan laser akan menegur kita karena membuat kegaduhan kecil.

Setelah ke perpustakaan, kita akan makan siang bersama di sebuah kedai kecil, atau kafe kecil, atau aku juga suka makan di warung-warung lesehan. Aku akan memesan nasi goreng merah pedas. Kau akan melihatku menyantapnya dengan lahap. Dan aku juga akan memerhatikanku menyantap makanan yang kamu pesan. Aku akan memerhatikan caramu memegang alat makanmu, memerhatikanmu mengunyah makanan, juga memerhatikan seberapa sering kau mengangkat gelasmu untuk meminum air. Asal kau tahu, aku suka sekali memerhatikan segala hal, bahkan yang mikro sekalipun.

Tempat selanjutnya yang akan kita kunjungi adalah masjid. Kita akan salat berjamaah di sana. Meskipun bukan kamu yang sebagai imam, juga bukan aku yang sebagai makmum satu-satumu. Tak apa, kita berjamaah di bawah satu atap yang sama, juga mungkin dengan semoga yang sama. Hal-hal seperti itu, aku menyukainya-- dengan terlalu.

Kemudian, kita akan pergi ke pusat perbelanjaan.  Kita berjalan-jalan saja, tak perlu berbelanja. Atau jika kau sedang berniat ingin membeli pakaian, aku akan memilihkan yang paling tepat untukmu. Kau mau tahu satu hal lagi tentangku? Aku pandai memilih pakaian yang pas untuk dikenakan oleh seseorang, mataku cukup jeli dalam memilih dan memadupadankan.

Terakhir, kita akan ke pantai. Tujuan terakhir kita adalah pantai setelah memilih pakaian untukmu. Masih ada satu hal terakhir yang aku ingin agar kau tahu; selain aroma tanah basah setelah hujan, aku juga menyukai suara ombak di pantai. Suara ombak yang menggulung dari jauh lalu menghantam batu karang, aku menyukainya. Gulungan ombak dan batu karang ibarat sepasang kekasih, hantaman ombak kepada batu karang ibarat sorakan gembira atas wujud temu mereka yang terlaksana. Sang ombak berlari menggulung rindunya menuju sang batu karang yang terpaku menunggu. Aku suka hal-hal seperti itu, meski mungkin saja orang-orang normal akan menyebutnya absurd.

Jika aku bersamamu sehari saja, aku akan melakukan hal-hal itu. Mengunjungi perpustakaan, makan di tempat-tempat yang tidak perlu wow, salat berjamaah, mengunjungi pusat perbelanjaan, juga mengelilingi pantai diiringi suara ombaknya yang menenangkan.

Jika kita memiliki waktu sehari bersama, bahagiaku sudah akan meningkat seribu persen dengan memenuhi hal-hal itu.

Posting Komentar

0 Komentar