Kehilanganku

Malam ini, bagaimana bila kita mengingat kenangan? Seperti bagaimana perjumpaan kita pertama kali, salah satunya.

"Kau ingat awal kita saling berdekatan?" tanyamu.
"Kapan?"
"Kau lupa? Padahal aku mengingatnya dengan jelas."
"Aku lupa, kau tahukan betapa pelupanya aku?"
"Ketika upacara sekolah, para ketua kelas harus melaporkan kesiapan anggota kelasnya pada pemimpin upacara, tanpa sadar kita berdiri bersebelahan; kita bersampingan."
"Oh, kau berdiri di sampingku? Iya, aku hampir lupa, memang harus diingatkan."
"Itu adalah faktor umur."
"HUH! Masih dua puluh tahun, kok."

Itulah kenangan ketika pertama kali kita berjarak lebih dekat dari sebelumnya. Kau mengingatnya dengan baik, dan anehnya aku lebih mudah mengingat bagaimana perpisahan kita dengan baik.

Perpisahan pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam. Menuliskan ini, aku tak menyadari bahwa kita sudah berpisah hingga enam kali. Bagian yang keenam sepertinya adalah yang terakhir. Kali terakhir dan yang memilukan. Tetapi kau mau tahu bagian mana sebenarnya yang paling memilukan? Kau mau tahu? Aku merahasiakannya selama ini, sendirian. Tak seorang pun yang tahu, termasuk kepekaanmu.

Tak apa, kau tak perlu tahu, aku juga tak berniat memberitahumu. Akan kusimpan saja semuanya. Sebab jika kuberitahukan, bisa saja aku akan menyesal dan ingin agar kau menjelaskan, lalu mungkin aku ingin berniat memerbaiki 'kita' lagi. Aku tak ingin menjadikan diri kehilanganmu terlalu dalam hingga jatuh ke dalam jurang yang kelam.

Biar. Biar saja kau yang kehilanganku. Biar saja kau yang merasa banyak hal menjadi hilang sejak pergiku. Tulisanku yang pernah segala isinya adalah kamu. Sikapku yang mencoba tak menghubungimu lebih dulu jika kau sedang sibuk. Aku yang hanya mampu membiarkanmu diam ketika sedang dalam masa sulit dan bersedih, sebab aku paham kau tak pernah bisa membaginya denganku-- atau siapapun. Aku yang akan tertawa dengan lepas atas segala lelucon yang kau berikan. Aku yang selalu suka dengan suara nyanyianmu ketika kau mengirimnya padaku dalam bentuk rekaman suara. Dan aku yang setelah kemarin tak lagi menyebut namamu dalam tengadah tanganku di atas sajadah sebagai lelaki yang akan menggenggam tanganku hingga akhir.

Apa kau sudah merasa kehilanganku? Aku sudah berkali-kali merasa kehilanganmu. Kali terakhir, biar kau saja yang merasa kehilanganku.

Posting Komentar

0 Komentar