Yang Aku Takutkan

Yang aku takutkan dari ketidakbersamaanku denganmu adalah sepi yang menjelma ujung belati lalu menari-nari di muka hati. Menyeret ujungnya hingga luka goresan bermunculan; satu-dua-tiga. Goresannya memenuhi permukaan hati.

Yang aku takutkan dari ketidakbersamaanku denganmu adalah cemburu yang menjelma hunusan pedang tepat di tengah-tengah jantungku. Merobeknya hingga menjadi sekian sobekan; Satu-dua-tiga. Tak lagi mampu diutuhkan dengan jahitan serapi apapun.

Yang aku takutkan dari ketidakbersamaanku denganmu adalah kehilangan yang menjelma gas radon yang memaksa dihirup oleh paru-paru. Memaksanya hingga tak ada lagi udara bersih yang tersisa di dalamnya. Satu-dua-tiga, sesak mencekik. Hadirmu adalah udara bersih yang akan terus kuharap agar dapat kuhirup lagi.

Yang aku takutkan dari ketidakbersamaanku denganmu adalah kebersamaanmu dengan orang lain. Yang bukan aku. Yang tak sekalipun kuharap kau bersamanya. Meski aku harus tahu letak kakiku berpijak. Sebab kebersamanmu dengan seseorang yang bukan aku adalah pilu yang menjelma lelehan air mata. Satu-dua-tiga, sembablah mataku. Kebersamaanmu dengan yang lain adalah pilu yang melelehkan air mata dengan deras.

Yang aku takutkan dari kepura-puraan tidak merindukanmu adalah lebam yang menjelma biru di seluruh tubuh. Rindu menjelma sarung tinju yang menghajar tanpa permisi, tanpa toleransi. Satu-dua-tiga, babak belurlah sekujur tubuh. Merindukanmu adalah siksa yang membuat babak belur.

Sebab sepi, cemburu, kehilanganmu, ketidakbersamaanku denganmu, juga merindukanmu adalah beberapa ketakutan paling besar dalam hidup. Olehnya, kau jangan pergi! Jangan-pergi-lagi!

Posting Komentar

0 Komentar