Aku Tak Menyesal

Akan sampai pada suatu waktu, kenangan menyeretmu dalam menuju masa lalu, hingga akhirnya rindumu memuncak untuk kembali hidup di dalamnya.

Aku kembali terjaga hingga selarut ini. Tetiba beberapa kenangan hadir menjalari pikiranku. Apa boleh kukenang kau sekali lagi? Aku tahu kau akan mengiyakannya. Kau pasti ingin tahu bagian kenangan mana yang sedang menjalari pikiranku dini hari ini.

Kau ingat, ketika kita kali pertama kau membawaku dengan sepeda motormu? Aku ingin mengatakannya lebih dulu, tapi kau lebih cepat dariku. Katamu, ini kali pertamanya bagimu, tentu saja bagiku juga demikian. Aku hanya berani memegang sedikit bagian belakang jaketmu sebagai penopang agar tak jatuh. Kala itu, jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya. Aku belum menceritakan kepadamu bagian kenangan yang ini, kan? Kala itu, susah payah kuatur irama degup jantungku agar tak begitu terdengar olehmu. Absurdnya, aku percaya kau bisa mendengarnya padahal jarak kita tak sedekat itu. Aku hanya sedikit memiliki fobia; takut begitu kentara dengan perasaanku. Apa kemarin, sebenarnya aku sudah terbaca olehmu?

Aku menyukai caramu berkendara. Ah, bagian mana pula dari caramu yang tidak kusukai? Aku suka semuanya. Semuanya. Aku mungkin perempuan kesekian dari yang pernah kau bawa berkendara, tetapi sungguh pada bagian caramu membawaku berkendara kemarin, aku suka. Kau yang membawanya tidak dengan laju cepat tidak juga lambat. Tidak banyak bergerak ke sana-sini, untuk mendahului pengemudi lain. Aku merasa aman. Bersamamu waktu itu, aku merasa aman.

Kala itu, aku juga pernah membetulkan posisi penutup kepala jaket yang kau kenakan. Penutup kepala jaket itu dengan kejam memukul kepalaku dengan menyalahkan angin. Apa mungkin jaketmu bahkan tak suka aku bersamamu. Ah, pikiranku terlalu absurd, ya? Kala itu, kupikir kau tak memerhatikanku, nyatanya tak demikian.
"Benarkanlah posisinya, sembunyikan di balik punggungku!" Katamu.
Jika kau memerhatikan dengan detail, kurasa mungkin saja kau akan melihatku tersenyum kecil. Apa aku terlalu mudah dibuat terpukau olehmu? Ah, lihatlah betapa bodohnya aku.

Pada sebuah perhentian aku menanyakan padamu,
"Apa aku sulit dibawa olehmu dengan sepeda motor?"
Sekejap kau tetiba memiringkan sepeda motormu ke kiri dan ke kanan dengan sudut sedikit lebih dari empat puluh lima derajat. Jawabannya ambigu, entah aku tak sulit kau bawa atau kau adalah orang yang kuat membawaku. Diam selalu banyak menimbulkan penafsiran, kan?

Aku juga menyukai caramu memperhatikan segala yang kukatakan. Aku memintamu sedikit melaju dengan lebih lambat, dan kau melambatkannya. Aku ingin sedikit bersembunyi dari pandangan orang-orang di sekeliling dan kau memperbaiki posisi dudukmu untuk melindungiku. Aku juga menyukai caramu mendengarkanku tentang apa yang seharusnya boleh dan tidak boleh kau katakan kepada orang lain. Ahiya, perihal mencubitmu waktu itu aku meminta maaf. Aku terlalu refleks ingin menghentikanmu membercandai orang lain. Dan perihal yang menyangkut itu, aku menyukai caramu yang cepat menyadari diri dan bertanya padaku bahwa 'apa benar aku sudah melewati batas bercanda?'. Aku suka. Apa aku terlalu banyak menyukai segala yang kau lakukan?

Hari itu, sisimu yang lain yang tak pernah terekspos kupahami dengan dalam. Caramu berbicara disaat tidak bersama orang banyak begitu berbeda. Kau tahu bagaimana mengatur letak pembicaraanmu. Caramu memerhatikan orang lain adalah dengan diam-diam, lalu setelah lama akhirnya membuka mulut untuk berbicara. Caramu merespon orang lain adalah terkadang dengan sebuah sikap dan gerakan, dan itu cukup membuat banyak penafsiran bagiku. Kau adalah orang yang cepat paham bagian mana yang harus diperbaiki.

Jadi, kepada kamu, terima kasih karena pernah memperlakukanku dengan baik waktu itu, juga pada waktu yang lain. Pernah bersamamu, aku suka. Tak ada yang kusesali. Aku hanya akan dan ingin mengingat bagian yang baik dan manis saja. Juga, maafkan aku karena tak pernah memberimu apa-apa. Tak pernah memberimu bahagia -- sebahagia yang kau berikan. Pernah bersamamu, aku tak menyesal.

Posting Komentar

0 Komentar