Menjelaskan Luka

"Perihal luka, setiap sayatan harus punya penjelasan."

Agustus datang lagi, aku ingin menghindarinya, tetapi detik pada jarum jam terus berdetak dan aku tak bisa apa-apa selain menjadi budak waktu. Sekeras apapun aku ingin menjauh, aku takkan bisa, sebab aku hidup di dalamnya. Waktu adalah sesuatu yang takkan pernah mampu dihindari.

Agustus dan kamu, kali ini datang bersama. Dan bagian yang paling beringas adalah lukaku membuatku gigil; kedinginan. Jari-jariku memucat. Aku kembali meringkuk sendirian. Menepi. Menyendiri. Lihatlah betapa dahsyat Agustus beserta kamu memenjara bahagiaku hingga sebegininya!

"Mari bertemu dan membahas segalanya, aku punya banyak hal yang ingin kujelaskan." Katamu.

Bagaimana mungkin aku bisa duduk dengan memasang senyum, bertemu denganmu dengan wajah yang terlihat baik-baik saja, sedangkan bagian kenangan terakhir yang paling kuingat tentang kita adalah luka?

Lalu kupikirkan lagi, lagi, dan lagi. Menghindar memang merupakan bagian yang lebih mudah daripada menghadapi penjelasan tentang kenyataan. Tentu saja lebih mudah. Tetapi perihal luka, setiap sayatan harus punya penjelasannya. Kamu dan aku memang butuh berbicara atau kita masih akan tersesat dengan banyak persimpangan jawaban atas tanya yang bermunculan.

Posting Komentar

0 Komentar