Tulisan untuk Tuan, dari Nona yang Keras Kepala


Sudah cukup lama rasanya, tapi kita masih berjalan di tempat seperti ini. Iya, kau tahu aku merasa letih terus seperti ini. Aku ingin bersamamu, namun tak ingin berikatan. Aku begitu ingin ada dua kata ini dalam kita; 'saling memiliki'. Apa aku terlalu banyak menuntutmu, Tuan? Apa kau mulai jengah karenaku?

Tuan, aku menulis ini dengan sungguh-sungguh. Aku ingin bersamamu. Tidak, maksudku aku tak ingin kau bersama siapa-siapa seperti aku yang tak menginginkan siapa-siapa, ketika banyak sekali yang berdatangan padaku. Ah, tidak! Aku tak menyombongkan diri, Tuan. Itu benar-benar terjadi. Entah karena aku yang terlalu hangat dengan orang-orang atau karena menyukai tulisan pilu yang tak mereka ketahui bahwa subjek ‘kamu’ di dalamnya adalah dirimu.

Ketika jemariku menjentikkan aksara-aksara ini, langit di bagian sini cantik sekali. Ada lengkungan senyum warna-warni yang ia bentuk. Tuan, bagaimana bila kita juga membuat lengkungan seperti itu? Kau mau? Kurasa kita akan serasi sekali, bagaimana menurutmu? Spektrum-spektrum warna cantiknya mungkin akan berhenti pamer dan merasa iri melihat kita berdampingan. Apa aku menggunakan gaya bahasa yang berlebihan?

Sebenarnya, aku kacau sekali ketika ada yang mengatakan bahwa kau telah memiliki perempuan yang baru. Namun, di hadapanmu juga di hadapan mereka aku selalu berusaha menebar senyum. Apa kau ingin mengataiku munafik? Bukan! Kau salah. Sebab munafik dan berusaha tegar itu berbeda, meskipun perbedaannya masih terbilang ambigu. Aku benar-benar jatuh, hingga dayaku untuk mengeja namamu saja tak ada. Aku berhenti menulis tentangmu untuk menjaga perasaanmu, agar jarak di antara kita tak tercipta. Katamu, aku berubah. Apa aku bisa menyimpulkan bahwa kala itu kau merindukanku yang dulu (yang selalu mencintaimu)?

Aku tahu, karena kau tahu aku akan selalu mencintaimu, kau malah merasa bebas pergi dariku dan pulang kapan saja kepadaku sesuai inginmu. Perbedaan bodoh dan tulus memang hanya setipis kulit bawang.

Tuan, bisa aku meminta kau agar jangan bersama siapa-siapa seperti aku yang tak ingin bersama siapa-siapa (selain kamu)? Namun, jika kau tak ingin atau mungkin tak bisa maka kau boleh mengabaikan permintaan konyolku ini. Setidaknya aku tak ingin bersama siapa-siapa selain kamu. Meskipun beberapa di antara lelaki itu bersikeras berjuang. Aku tetap memilihmu yang mungkin saja tidak akan memilihku. Apa aku cukup tidak tahu diri, bagimu?   
Kau tahu, Nona memang begitu keras kepala.


Posting Komentar

0 Komentar