Katakan Sekali Lagi

Aku sudah membaca ucapan "Aku mencintaimu" sekali di masa lalu. Ucapan yang sudah terlampau lama, hingga aku lupa kapan kali terakhir aku membacanya.

Perihal bersamamu, aku sudah khatam sikapmu. Sudah kuhafal luar kepala asas-asas mencintai milikmu. Anehnya, meskipun pandanganmu adalah yang paling sulit dari beberapa yang pernah sekadar singgah, kautetap kupahami. Entah alasannya.

Aku paham, bentuk larangan atau teguran yang kaulontarkan adalah sebuah bentuk kepedulian.
Aku paham, sikap diam yang kulakoni adalah pertanda kau sedang marah atau kecewa.
Aku paham, sikap memujiku di depan orang lain adalah bentuk kebanggaanmu terhadapku.

Dan banyak bentuk pemahaman lainnya yang menunjukkan kau cinta. Namun, aku masih saja perlu membaca kalimat yang diapit dalam tanda petik pada paragraf pertama di atas.

Ah, tidak! Aku tidak ingin sekadar membacanya lagi. Aku ingin mendengarnya. Iya, aku ingin mendengar kau mengatakannya padaku. Sebuah kalimat langka dari lelaki yang lebih terlihat dingin sebab lebih sering menunjukkan perasaannya melalui lakonnya. Namun entah, aku selalu merasa kaulebih hangat daripada sinar matahari pukul sembilan pagi.

Posting Komentar

0 Komentar