Kau Sendiri yang Memutuskan

"Kau memang pernah menyakitiku. Silakan jika ingin menyembuhkannya. Tetapi ini akan sulit. Bahkan saking sulitnya, bisa saja akan balik menyakitimu." Ucap dia beberapa waktu yang lalu.

Aku ini sudah lelah. Entah sudah kukatakan berapa kali melalui tulisanku sebelumnya. Perihal lukamu, aku sungguh sudah menyerah membacanya. Hidupku tepat setelah kita berakhir bertahun-tahun yang lalu sudah dicengkeram oleh perasaan penuh bersalah. Kau selalu menyebut-nyebut lukamu hingga aku selalu menyalahkan diriku sendiri.

Aku ini sama terlukanya denganmu. Kau saja yang tak tahu. Sebab kau tak mau tahu, kau hanya ingin tahu tentang lukamu. Sementara lupa bahwa berbagai tingkahmu sudah melukaiku lamat-lamat. Padahal perasaanmu dan perasaanku sama penting dan sama berharganya.

Sebelum kau mempersilakanku untuk menyembuhkanmu, apakah kau tak mau tahu lukaku? Apakah kau tak ingin berkenalan pada lukaku yang sudah sejak lama mencari tuan yang menciptakannya? Ketahuilah, aku ini sama sepertimu. Sama pandainya mencetak topeng senyum.

Apakah lukamu masih sebegitu pentingnya? Bukankah katamu, kau sudah mencari banyak obat untuk menyembuhkanmu? Katamu, tak ada yang mujarab. Tetapi kau mau tahu satu hal? Setiap kali kau menggenggam obatmu yang baru, aku kesakitan setengah mati. Setiap kali kau menenggak pil-pil yang baru, aku keracunan.

Maka, dengan kalah kukatakan bahwa aku sudah menyerah tentang kita. Sebab bagiku, jika kau sudah kerap kali mencari obat lain untuk menyembuhkanmu, artinya kau tidak pernah memercayaiku sanggup menyembuhkanmu.

Aku ini sudah menyerah, tepat setelah kutuliskan suratku yang terakhir padamu. Perihal tulisanku setelahnya, maaf jika itu membuatmu salah menafsirkannya. Perihal percakapan kita setelahnya, maaf jika masih kugiring hingga sehangat dulu. Meskipun ini luka, bagiku, kau itu masih kau yang kukenal sejak lama. Sebab bagiku, bertahan atau menyerah, kau bukan orang asing.

Jika bagimu aku tak sanggup mengobatimu, carilah sebanyak-banyaknya lagi obat penyembuhmu. Aku ini, bukan lagi obat bagimu, kau sendiri yang memutuskannya.

Posting Komentar

0 Komentar