Pernahkah Kau?

Tidak mencari tahu kabarku, mungkin bagimu adalah hal terbaik.

Apakah sesulit itu bagimu memulai percakapan lebih dulu denganku? Aku tidak tahu, kau merindukanku atau tidak. Tetapi jika kutahu kau tak benar-benar mencari kabarku, maka kau memang sepertinya tidak merindukanku.

Pernahkah kau mencoba menghubungiku lebih dulu? Menimbang-nimbang kalimat pembuka apa yang tepat untuk memulai pesan pertamamu. Memikirkan diksi yang paling tepat agar kau tidak terkesan begitu penasaran akan keadaanku. Mengetik-menghapus-mengetik-menghapus deretan huruf yang ditampilkan layar ponselmu.

Pernahkah kau mengintip beranda media sosialku saat sedang sendiri? Mencari tahu kegiatan apa saja yang menyibukkanku belakangan ini. Membaca tentang suasana hatiku saat ini. Atau bahkan menyelidik, sudah bersama yang lainkah atau masih sedang sendiri aku saat ini.

Pernahkah kau menanyakan pada teman-teman di sekitarku tentang hidupku kini? Menanyakan kabarku, kesehatanku, hingga bahkan sedang dekat dengan siapa aku akhir-akhir ini. Menyengaja berbasa-basi kepada teman-temanku untuk akhirnya mempertanyakan kebiasaanku yang mungkin sudah berubah setelah kita berakhir.

Pernahkah kau merasa ingin sekali melakukan panggilan telepon denganku, namun pada akhirnya hati kecilmu menghentikanmu? Padahal kau sudah menahan diri ingin mendengar suaraku sekali lagi. Tetapi lagi-lagi kau berhenti--- lebih tepatnya menghentikan diri. Sebab bagimu, tidak lagi datang ke dalam hidupku bisa saja adalah yang terbaik bagiku. Meski kau menggigit-gigit ujung bibirmu, sebab gelisah ingin tahu tentangku lagi.

Jika kau pernah melakukan dan merasakan hal yang kusebutkan, maka kita sama. Kau akan paham seberapa rindunya aku ketika menggantikan subjek 'aku' sebagai 'kamu' dalam tulisanku kali ini.

Posting Komentar

0 Komentar