Kepada Tuan, Tentang Cerita yang Tak Pernah Sampai

Sedang tidak baik-baik saja dan tidak ada seorang pun yang berada di sisimu itu tidak membahagiakan, sepenuhnya akan membuatmu berada di titik tidak-baik-baik-saja-paling-bawah.

Aku mengiriminya pesan lagi, ketika telah mati-matian kutahan jemariku menyentuh opsi send. Jika dia jengah dan lelah denganku kemungkinan besar dia akan mengabaikannya. Kali ini, aku sedang kalut, dan satu-satunya nama yang ingin kuajak bercakap untuk kembali membuat hatiku keruan adalah kamu. Satu-satunya adalah kamu.

Sebenarnya aku ingin bercerita tentang lelahnya hariku, juga tentang perasaanku yang seolah dihentak-hentak oleh rindu pada ayah, juga tentang rinduku padamu. Dan masih banyak lagi. Tapi mau bagaimana? Aku tak pernah seberani itu ketika kau dengan sikapmu yang dingin membalas pesan-pesanku.

Aku tahu, memang salah berlaku seperti ini, ketika semuanya hampir selesai. Bahwa berlaku seperti ini hanya akan membuat lupa tidak pernah menjadi nyata. Bahwa bersikap seperti ini  mungkin tidak akan membuat dia kembali menjadi dia yang dulu. Bahwa bertingkah seperti ini mungkin akan membuatnya muak terhadapku.

Lalu, bagaimana dengan hati dan kepalaku yang sedang bertarung? Kepalaku terlalu punya logika yang kental, mencegah agar aku tak menjadi perempuan yang tak tahu malu yang seenaknya hadir dan kemudian berkata ingin berlalu begitu saja. Kemudian hatiku juga tak kalah hebat dengan beban-beban yang menyesakkan dirinya, ia menjadi kuat. Dan lagi-lagi hatiku menang. Hatiku selalu menang. Sudah kubilangkan, jika menyangkut kamu hatiku selalu menang melawan logika?

Bagaimana jika hari esok, esok, esok, esok, dan esoknya lagi, aku tetap mengirimimu pesan dan obrolan-obrolan yang tidak penting (bagimu)? Bagaimana jika aku dengan penuh-penuh berharap kau membalas semua pesan dan obrolan dan menunggu hingga jarum jam telah melewati angka yang sama berpuluh kali dan dentingan detik telah mengeluarkan bunyi ting berpuluh ribu kali, namun kau tak juga membalasnya? Bagaimana jika aku terus menunggu dan kau terus mengabaikanku?

Di dunia ini penuh dengan lelaki; jutaan lelaki. Dan entah mengapa kau tetap satu-satunya. Tak mudah mengakui dan menulisnya terang-terangan di sini. Ketahuilah, bahkan jika sudah kukatakan cintaku telah meluruh kau tetap satu-satunya yang tak ingin untuk tidak kucintai. Aksara namamu dan cinta adalah dua hal yang melekat kuat dalam hati.

Posting Komentar

0 Komentar