Aku Akan Datang, Tuan

Kemarin, setelah sekian lama. kau mengabari. Melakukan panggilan via telepon hingga hampir enam puluh menit. Namun, setelah sekian lama, kau tak bertanya, apa aku baik-baik saja. Aku kecewa. Aku ingin sekali bertanya hal demikian, tapi mendengar kau tertawa, berhumoris ria seperti biasanya aku menjadi tahu, dan bersyukur karena kau baik-baik saja.

Juga, ada satu hal yang ingin kukatakan. Aku merindumu. Kemarin, rinduku benar-benar sudah sampai di ubun-ubun. Hampir mendidih dan meledak menjadi tangis. Tapi, Allah Yang MahaTahu mengatur segalanya dengan baik. Kau datang, membuat rinduku yang mendidih tiba-tiba menjadi dingin, lebih tenang.

Terima kasih karena telah datang kemarin. Aku hampir tak kuasa menahan tangis karenamu lagi. Kurasa aku-tidak-bisa-tidak-mencintaimu. Hatiku, pikiranku, menolak untuk melepasmu. Jadi, Tuan, tetaplah bersamaku. Jangan melepas hatimu ke mana-mana. Suatu nanti aku akan datang, ketika aku siap, ketika kamu siap, ketika kita sudah benar-benar siap. Aku akan datang, takkan hanya selangkah dua langkah lagi, tapi tepat di hadapanmu. Kumohon, bersabarlah menungguku! Aku akan datang.

Posting Komentar

0 Komentar