Satu Tanya (yang Seharusnya) di Kepalamu

Selamat malam, Kamu!
Bagaimana kabarmu malam ini? Ah, maksudku... Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini? Apakah kau tak merasa kau terlalu melangkahkan kakimu dengan begitu tergesa dan dengan jarak yang begitu jauh?

Aku sedikit kehilanganmu. Maafkan aku karena mengatakan hal ini setelah kemarin-kemarin menyatakan bahwa perasaanku sudah berlalu darimu. Tak bisakah kau sedikit menyelidik pada beberapa hal? Lebih tepatnya, ada satu tanya yang seharusnya ada di kepalamu malam itu.

Ada satu yang seharusnya kau tanyakan. Bukannya kau harus bertanya perihal mengapa perasaanku begitu mudah luruh, setelah padamu, aku sudah sekian lama luluh? Tentu saja, jika kau menilik kembali alasanku pada chatroom kita, sudah pasti tidak masuk akal. Asal kau tahu, pertemuan yang berfrekuensi lebih dari seharusnya bukan membuat luruh perasaan, tapi hanya akan membuat perasaan jatuh luluh. Jadi, bagaimana? Kau mau tahu alasanku? Cobalah tanyakan padaku jika saja suatu waktu kau menyempatkan diri membaca tulisan ini!

A-k-u-m-e-n-u-n-g-g-u.

Posting Komentar

0 Komentar