Kepada Lelaki di Seberang Sana

Ada seorang penghuni di sana. Lelaki itu sedikit banyak sepertinya menghabiskan waktunya di sosial media seberang. Akhir-akhir ini, aku mengisi waktu luangku berjelajah pada linimasanya. Membaca tiap kutipan-kutipan yang ia tuliskan. Begitu bersahaja, beberapanya juga berelegi.

Hari ini tulisannya begitu pilu. Jika boleh kutebak, mungkin ia sedang terluka. Hatinya sedang ruam. Semua tulisannya hari ini hanya tentang kehilangan. Aku bisa merasakan betapa hampanya ia hari ini melalui aksara-aksara mati yang ia susun dengan teliti.

Tulisannya berdarah, juga air mata mengelilinginya. Aku merasakannya, setelah baru saja mengakhirinya bersama Sugar. Kehilangan kedua terbesar dalam hidup. Ah, iya. Aku tak ingin membahasnya lagi. Membahas luka terus- menerus sama saja seperti memukulinya lagi hingga lebam. Hey, Lelaki di seberang sana! Aku sebenarnya ingin sekali menyapamu. Sekadar mengucap "Hai!" Atau sedikit lebih berani mengucap "Tulisanmu bagus, aku adalah penikmatnya".

Apalah aku. Perempuan yang hanya berani menjadi pengagum tulisanmu secara diam-diam. Jika kau membaca tulisan ini, bisa kau sapa aku di sosial media seberang? Tapi, aku tak berani berharap banyak, hanya saja, jika kau membaca tulisan ini izinkan kutitip beberapa kalimat untukmu:
"Terlukalah kau, sebab itu manusiawi. Jika kepalamu terbentur lalu lebam, kau hanya perlu mengobati sakitnya. Bekas lebamnya hanya tentang waktu. Maksudku, jika kau hatimu terluka, maka menulislah sebanyak yang kau mau, itu juga serupa obat untukmu. Lalu, bekas retakan hatimu hanya masalah waktu untuk membuatnya utuh kembali"
Semoga kau paham maksudku.

Salam hangat dari sosok Perii Hujaan

Posting Komentar

0 Komentar