Surat Terakhir Untuk Tuan

Selamat pagi, Tuan!
Bagaimana kabarmu kini? Sudah membaikkah hatimu?

Pagi ini, aku ingin menuliskan sebuah pesan yang akhir-akhir ini selalu diimpulskan syaraf-syaraf otakku. Bagaimana jika aku langsung saja menuju ke titik poinnya? Namamu Tuan, lelaki yang sempat menggandakan hingga beribu bayangan di kepalaku. Kau masih ingat awal mengapa aku memanggilmu dengan sebutan 'Tuan'? Tentu saja kau tak mengingatnya, aku pun begitu. Aku lupa sejak kapan 'Tuan' menjadi sebuah panggilan yang selalu terdengar manis kepadamu.

Hari ini, nama yang selalu kupanggilkan untukmu akan lekas kutanggalkan. Tentu saja, aku tak perlu izinmu. Maka dari itu, jika suatu saat nanti, kau mendapatiku menulis dengan subjek 'Tuan' di dalamnya, ketahuilah bahwa jantungmu tidak boleh lagi berdegup kencang, kau tak boleh lagi tersenyum dengan rona wajah yang memerah muda saat membacanya. Sebab, bisa saja kelak subjek 'Tuan'  di dalamnya bukan lagi kamu.

Kepada Tuan, maafkan aku karena tak pernah menjadi seseorang yang baik di sisimu. Maafkan juga, karena sejak kemarin kuputuskan untuk berlalu. Maafkan karena tak bisa kutanggalkan kau sebagai kenangan yang melekat seperti lelaki-lelaki yang hadir sebelummu. Dan terakhir, maafkan aku, Tuan... karena hingga saat ini aku gagal memahamimu.

Kepadamu, terima kasih karena pernah mencipta banyak tawa bersamaku.

Kepadamu, selamat tinggal masa lalu. Akan kubiarkan kita sedikit berjeda dan berjarak. Juga semoga, kau bisa memutuskan pilihan yang baik bagimu. Semoga.

Posting Komentar

0 Komentar