Kepada Lelaki Koleris

Aku sedang menebak-nebak, kira-kira apa yang sedang kau lakukan malam ini. Apa yang membuatmu begitu sibuk hingga tak muncul di recent updateku? Beberapa jam berlalu setelah kita membuat keputusan itu. Apakah kau memikirkan sedalam yang kulakukan?

Aku paham, bahwa aku yang memulai, aku yang membuatmu melakukan hal-hal yang (mungkin saja) bertentangan dengan hatimu. Tapi harus terkata apa? Terkadang suatu hal yang terbaik memang harus dipaksakan.

Mulai esok, Sugar. Kau takkan lagi mendapati pesanku di chatroommu. Perempuan melankolis ini, harus sedikit tega denganmu; lelaki koleris yang begitu kuat bertahan di sisiku hingga lebih dari setahun. Aku tahu, bahwa tak banyak kebersamaan menyenangkan yang kita lukis, kanvas bahagia kita sepertinya masih tak begitu penuh.

Perpisahan kali ini, adalah yang terakhir. Bukan, bukan! Bukan karena bagiku kau bukan seseorang yang baik untuk berada di sisiku. Aku malah beranggapan sebaliknya, Sugar. Aku tak merasa sebegitu pantasnya untukmu.

Aku terluka melihatmu terluka. Kau tak pantas menerima hal-hal menyakitkan dariku, hal-hal yang meski tak sengaja kulakukan tetap saja menusukmu lamat-lamat.

Kau mau tahu? Sejujurnya, rasa penyesalanku hadir berseberangan dengan rasa terima kasihku. Aku menyesal meraih tanganmu, dan menggenggamnya berjalan memasuki hidupku, dan di saat yang sama aku begitu bersyukur kau ada. Kau mampu menahan badai yang begitu menakutkan untukku dan memapahku ketika terpuruk.

Ketahuilah, lelaki kolerisku. Aku melepas kita bukan karena tidak menyukaimu. Aku menyukaimu, sungguh. Demi apapun, aku menyukaimu. Tapi tak kupantaskan diriku untukmu, seperti katamu. Mata harus dibalas mata, tatap dibalas tatap, pun cinta harus dibalas cinta. Pemikiranmu begitu praktis, kemauanmu begitu keras, juga kau begitu tegas, itulah mengapa kusebut kau sebagai lelaki koleris.

Sugar, kau begitu berpikir sepraktis itu? Sayangnya di dunia itu, tidak semua hal bisa dipikirkan dengan sepraktis itu. Tidak sepraktis kau mengatakan bahwa cinta harus dibalas cinta. Jadi, kau tahukan maksudku? Perempuan melankolis ini perfeksionis, tak bisa kukerahkan begitu saja pemikiranku untuk berpikir sepraktis itu.

Kepadamu lelaki koleris, maafkan jika aku seegosentris ini. Bila keputusanku adalah sesuatu yang hanya menyedihkanmu dengan sepihak saja, kau boleh membenciku. Jika nanti kau lihat beberapa tulisanku sangat memar karena kehilangan, tolong abaikan saja. Meski tulisanku menangis merintih merindukanmu, jangan sekalipun memedulikanku. Anggap saja aku hanya angin lalu yang pernah hinggap sebentar menyejukkanmu lalu terbang lagi. Jangan membuka sayapmu untuk mengejar angin, aku tak ingin ia patah.

Kepada lelaki koleris, izinkan kuucapkan sesuatu untuk yang terakhir kalinya malam ini. "Semoga lelap tidurmu, semoga indah mimpimu, semoga bahagia hidupmu. Juga semoga kuatmu menuntunmu"
Maafkan aku, Sugar. Maafkan aku yang membuang sia-sia waktumu setahun terakhir ini. Maafkan aku, maafkan aku.

Posting Komentar

0 Komentar